Sabtu, 20 Maret 2010

Kulkas Samsung Bisa untuk Internetan

Kulkas tentu bukan lagi perangkat elektronik yang 'wah'. Namun, bagaimana jika kulkas itu dilengkapi dengan akses internet yang memungkinkan kita menampilkan foto di layar pada pintu kulkas?

Itulah terobosan yang dihadirkan Samsung dalam kulkas besutannya. Raksasa elektronik Korea Selatan ini mengembangkan kulkas Zipel e-Diary dengan pintu yang memiliki layar sentuh berukuran 10 inchi (sekitar 25 cm).

Kulkas ini dilengkapi dengan software Wi Fi yang memungkinkan pengguna untuk berselancar di dunia maya, membaca berita internet, ramalan cuaca, atau menampilkan gambar dan data. Tak hanya itu, kulkas unik ini juga dapat mengirim dan menerima gambar dari ponsel.

Kulkas Zipel e-Diary dibanderol pada harga US$ 2.174 atau sekitar Rp 20 juta. Sayangnya, kulkas ini hanya akan dijual untuk konsumen di Korea Selatan. Samsung belum berencana memasarkan perangkat ini secara luas.


Sumber : http://www.detikinet.com/

Kursi Terbang Siap Jadi Kendaraan Manula

Jepang memang tak ada habisnya dalam inovasi teknologi. Kreasi terbaru salah satu ilmuwan negeri Sakura ini adalah sebuah kursi terbang bak di film-film futuristik.

Tsunesuke Furuta, desainer alat ini dari Kobe Gakuin University mengatakan bahwa kursi unik tersebut dibuat khusus untuk para manula atau mereka yang punya masalah dengan aktivitas bergerak.

Hal ini sekaligus sebagai cara alternatif bagi mereka yang sudah bosan dengan kursi roda dan berhasrat untuk mencicipi sesuatu yang baru dan berbau teknologi tinggi. ursi terbang ini mampu diduduki oleh user yang beratnya hingga 330 pon atau sekitar 150 kg. Kemampuan bergeraknya dikatakan stabil, baik berjalan mundur atau maju, di atas permukaan tanah. kursi ajaib ini tak bisa terlalu tinggi melayang di atas tanah. Bahkan hanya berjarak beberapa inch dari permukaan.


Dalam demo yang dipamerkan di Robot Fair yang berlangsung di Osaka, Jepang, kursi terbang ini cukup menarik perhatian pengunjung. Diduduki oleh seorang manula, kursi ini bergerak melayang di ruang pameran. Hanya saja, si penunggang kursi tersebut terlihat masih kaku untuk mengoperasikannya sehingga masih harus didorong untuk bergerak.


sumber : http://www.detikinet.com/

Sabtu, 13 Maret 2010

Karangan Ilmiah

Pengertian karangan ilmiah

Karangan ilmiah ialah karya tulis yang memaparkan pendapat, gagasan, tanggapan atau hasil penelitian yang berhubungan dengan kegiatan keilmuan.

Jenis karangan ilmiah banyak sekali, diantaranya makalah, skripsi, tesis, disertasi dan laporan penelitian. Kalaupun jenisnya berbeda-beda, tetapi keempat-empatnya bertolak dari laporan, kemudian diberi komentar dan saran. Perbedaannya hanyalah dalam kekomplekskannya.

Ciri-ciri karangan ilmiah

Karangan ilmiah mempunyai beberapa ciri, antara lain:

  1. Jelas. Artinya semua yang dikemukakan tidak samar-samar, pengungkapan maksudnya tepat dan jernih.
  2. Logis. Artinya keterangan yang dikemukakan masuk akal.
  3. Lugas. Artinya pembicaraan langsung pada hal yang pokok.
  4. Objektif. Artinya semua keterangan benar-benar aktual, apa adanya.
  5. Seksama. Artinya berusaha untuk menghindari diri dari kesalahan atau kehilafan betapapun kecilnya
  6. Sistematis. Artinya semua yang dikemukakan disusun menurut urutan yang memperlihatkan kesinambungan
  7. Tuntas. Artinya segi masalah dikupas secara mendalam dan selengkap-lengkapnya.

Ragam ilmiah

Bahasa ragam ilmiah merupakan ragam bahasa berdasarkan pengelompokkan menurut jenis pemakaiannya dalam bidang kegiatan sesuai dengan sifat keilmuannya. Bahasa Indonesia harus memenuhi syarat diantaranya benar (sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia baku), logis, cermat dan sistematis.

Pada bahasa ragam ilmiah, bahasa bentuk luas dan ide yang disampaikan melalui bahasa itu sebagai bentuk dalam, tidak dapat dipisahkan. Hal ini terlihat pada ciri bahasa ilmu, seperti berikut ini.

  1. Baku. Struktur bahasa yang digunakan sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia baku, baik mengenai struktur kalimat maupun kata. Demikian juga, pemilihan kata istilah dan penulisan yang sesuai dengan kaidah ejaan.
  2. Logis. Ide atau pesan yang disampaikan melalui bahasa Indonesia ragam ilmiah dapat diterima akal. Contoh: “Masalah pengembangan dakwah kita tingkatkan.”Ide kalimat di atas tidak logis. Pilihan kata “masalah’, kurang tepat. Pengembangan dakwah mempunyai masalah kendala. Tidak logis apabila masalahnya kita tingkatkan. Kalimat di atas seharusnya “Pengembangan dakwah kita tingkatkan.”
  3. Kuantitatif. Keterangan yang dikemukakan pada kalimat dapat diukur secara pasti. Perhatikan contoh di bawah ini:Da’i di Gunung Kidul “kebanyakan” lulusan perguruan tinggi. Arti kata kebanyakan relatif, mungkin bisa 5, 6 atau 10 orang. Jadi, dalam tulisan ilmiah tidak benar memilih kata “kebanyakan” kalimat di atas dapat kita benahi menjadi Da’i di Gunung Kidul 5 orang lulusan perguruan tinggi, dan yang 3 orang lagi dari lulusan pesantren.
  4. Tepat. Ide yang diungkapkan harus sesuai dengan ide yang dimaksudkan oleh pemutus atau penulis dan tidak mengandung makna ganda. Contoh: “Jamban pesantren yang sudah rusak itu sedang diperbaiki.”Kalimat tersebut, mempunyai makna ganda, yang rusaknya itu mungkin jamban, atau mungkin juga pesantren.
  5. Denotatif yang berlawanan dengan konotatif. Kata yang digunakan atau dipilih sesuai dengan arti sesungguhnya dan tidak diperhatikan perasaan karena sifat ilmu yang objektif.
  6. Runtun. Ide diungkapkan secara teratur sesuai dengan urutan dan tingkatannya, baik dalam kalimat maupun dalam alinea atau paragraf adalah seperangkat kalimat yang mengemban satu ide atau satu pokok bahasan.

Dalam karangan ilmiah, bahasa ragam merupakan ragam bahasa berdasarkan pengelompokan menurut jenis pemakaiannya dalam bidang kegiatan. Sesuai dengan sifat keilmuannya, bahasa Indonesia harus memenuhi syarat diantaranya benar (sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia), logis, cermat dan sistematis. Karangan ilmiah mempunyai beberapa ciri, diantaranya: jelas, logis, lugas, objektif, seksama, sistematis dan tuntas.


Sumber : http://tomy-group.blogspot.com


Penalaran Deduktif dan Induktif

Penalaran induktif adalah proses berpikir untuk menarik kesimpulan berupa prinsip atau sikap yang berlaku umum berdasarkan atas fakta-fakta yang bersifat khusus. Prosesnya disebut induksi. Penalaran induktif dapat berbentuk generalisasi, analogi, atau hubungan sebab akibat. Generalisasi adalah proses berpikir berdasarkan hasil pengamatan atas sejumlah gejala dan fakta dengan sifat-sifat tertentu mengenai semua atau sebagian dari gejala serupa itu. Analogi merupakan cara menarik kesimpulan berdasarkan hasil pengamatan terhadap sejumlah gejala khusus yang bersamaan. Hubungan sebab akibat ialah hubungan ketergantungan antara gejala-gejala yang mengikuti pola sebab akibat, akibat sebab, dan akibat-akibat.

Penalaran deduktif adalah cara berpikir dengan berdasarkan suatu pernyataan dasar untuk menarik kesimpulan. Pernyataan tersebut merupakan premis, sedangkan kesimpulan merupakan implikasi pernyataan dasar tersebut. Artinya, apa yang dikemukakan dalam kesimpulan sudah tersirat dalam premisnya. Jadi, proses deduksi sebenarnya tidak menghasilkan suatu konsep baru, melainkan pernyataan / kesimpulan yang muncul sebagai konsistensi premis-premisnya.


Sumber : http://aristobe74.blogspot.com